Masjid A. Aziz Stikosa AWS, Kenangan Sedekah Jariyah Keluarga A. Aziz Surabaya Post
Kiprah Masjid A. Azis di lingkungan kampus Stikosa AWS (Sekolah Tinggi Almamater Wartawan Surabaya), makin marak dengan kegiatan ibadah dan dakwah melibatkan jamaah dari civitas kampus dan warga masyarakat sekitarnya.
Baru saja, Takmir Masjid A. Aziz menggelar acara Berselawat yang dibanjiri hampir seribu jamaah, dan menghadirkan 3 habib syaikh yang memimpin doa selawat, pada Sabtu, 11 November 2023 kemarin, berlangsung di halaman kampus Stikosa AWS.
Kata M. Zurqoni Ketua Takmir Masjid A.Aziz Stikosa AWS, kegiatan Berselawat memang murni gawenya Masjid A. Aziz dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad s.a.w. , dan itu bertepatan dengan bulan perayaan atau Dies Natalis Stikosa AWS yang ke- 59. Sehingga kegiatan berselawat tersebut, menjadi sebuah rangkaian hajat besar dalam kemasan Festival Komunikasi Dies Natalis Stikosa AWS.
“Berselawat ini sudah 2 tahun diselenggarakan. Respons dan animo kehadiran jamaah dari warga masyarakat luar biasa besarnya. Berselawat ini akan terus menjadi kegiatan tahunan, di setiap hajatan Dies Natalis kampus (Stikosa AWS) sebagai penutup wujud rasa syukur, ” ujar Zurqoni, yang juga sebagai Ketua IKA Stikosa AWS.
Lalu bagaimana ceritanya bangunan Masjid A. Aziz berdiri kokoh, terletak di sudut perbatasan antara Jl. Medokan Semampir AWS dengan Jl. Nginden Intan Timur I Surabaya.
Bangunan masjid ini tidaklah seperti bangunan masjid besar pada umumnya, dan bukan tergolong bangunan mewah dikunjungi banyak orang sebagai wisata religi.
Namun, masjid ini menyimpan kenangan besar dari keluarga besar salah satu tokoh Pers, yakni keluarga besar Abdul Aziz.
Asal mula didirikan masjid tersebut, tentunya tidak luput dari peran besar Drs H. Adjidarma, Alm. dan Drs. Mas’ud Sukemi,M.Si., Kedua tokoh ini merupakan jajaran pimpinan senat perguruan tinggi Stikosa AWS.
Adjidarma, saat itu di tahun 1994 hingga 1999 menjabat Ketua Stikosa AWS, dan Mas’ud Sukemi sebagai Wakil Ketua 1 Bidang Akademik dan Program Studi Stikosa AWS
Adjidarma ditunjuk secara aklamasi oleh YPWJT (Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur) , yayasannya Stikosa AWS, yang saat itu dipimpin oleh mantan Gubernur Jawa Timur Raden Panji Muhammad Noer.
Adjidarma ditunjuk sebagai Ketua Stikosa AWS, menggantikan alm. Acik Sudiono yang merangkap jabatan Kepala Kantor Wilayah Departemen Penerangan, Kanwil Deppen Prov. Jawa Timur (sekarang menjadi Dinas Kominfo Jatim). Adjidarma sendiri, juga merangkap jabatan profesi sebagai Kepala Humas Dinas Perhutani Prov. Jawa Timur.
Diceritakan oleh Adjidarma, saat itu kegiatan perkuliahan atau belajar mengajar di Stikosa AWS berlangsung mulai lepas Magrib hingga malam hari.
Memang, kala itu kampus Stikosa AWS belum memiliki sebuah masjid atau musala, yang berdiri permanen dan layak sebagai tempat ibadah.
Saat diwawancarai via pesan WA (Whatsapp), Senin (20/11/2023), Adjidarma menuturkan, saat datang di kampus untuk sempatkan Salat Magrib sebelum mengajar, tidak melihat satu pun bangunan masjid atau musala.
“Saat itu saya merasa prihatin dengan kampus Stikosa AWS, tidak mempunyai musala yang layak digunakan ibadah salat,” ungkap Adjidarma.
Yang ada hanya sebuah bangunan semi permanen berukuran sekitar 4 kali 6 meter persegi, terbuat dari plafon dan tripleks, yang tampak seperti gudang bekas bongkaran bangunan gedung kampus.
“Seingat saya, bangunan tripleks bekas itu yang dimanfaatkan Musala (bahan bangunannya) terbuat dari tool kit terbuat dari tripleks, jadi tempat ibadah salat oleh seluruh civitas kampus Stikosa AWS,” imbuh ungkapnya.
Komplek bangunan kampus Stikosa AWS di Jl. Nginden Intan Timur sejak awal berdirinya di tahun 1984, gedung utamanya menghadap sisi utara. Tidak ada jalan tembus pada sisi selatan, yang menghubungkan Jl. Nginden Intan Timur I dengan Jl. Medokan Semampir AWS.
Yang ada hanyalah rawa-rawa ditumbuhi rumput ilalang liar membentang hingga tanggul Sungai Panjangjiwo berada lebih tinggi. Letak bangunan musala Stikosa AWS saat itu berada di belakang sisi selatan bangunan kampus, di hamparan rawa-rawa rumput liar.
“Praktisnya disitu mancur air terus, tapi tempatnya cenderung rendah. Jadi kalau hujan turun tentu menggenangi tempat kita membentang sajadah,” cerita Adjidarma lebih dalam.
Lantaran memprihatinkan, mushala tersebut menjadi pembahasan rapat senat Stikosa AWS untuk diusulkan dan dilakukan pembangunan masjid, setidaknya sebuah musala yang layak untuk digunakan aktivitas ibadah.
“Ketika itu dalam Rapat Senat dengan beberapa dosen, bukan rapat yayasan yang antara ada dan tidak ada. Timbullah pemikiran membuat musala. Kami pikirkan rencanakan pembuatannya. Setelah rancang bangun siap, kami usaha cari dananya. Tentu aku pikir sowan Ibu Toeti Azis,” tambah cerita Adjidarma.
Toeti Aziz, adalah istri A.Aziz sang pemilik perusahaan koran atau harian sore Surabaya Post, yang di era 1990-an mempunyai tiras penjualannya yang cukup besar. Toeti Aziz menggantikan alm. suaminya untuk meneruskan roda perusahaan pers yang melegenda tersebut.
“Setelah di hadapan Ibu Toeti kami bentangkan rencana itu, dan membaca anggarannya ibu Toeti langsung memutuskan seluruh dana ditanggung beliau. Maaf kalau nggak salah ingat anggarannya Rp 67 juta,” tutur ceritanya.
“Saya ingat belum terlalu lama dari waktu itu, ibu Toeti juga menangung pembangunan masjid di kompleks IAIN Sunan Ampel (kini berganti nama UINSA-red),” tambahnya.
Kemudian dipilihlah sebidang lahan berada di tengah-tengah sisi timur, untuk dibangun sebuah masjid, yang menghubungkan kompleks bangunan Stikosa AWS dengan bangunan sekolah yang masih milik YPWJT.
Nama masjid A. Aziz adalah pihak pimpinan kampus Stikosa AWS yang memberikannya nama, semata-mata sebagai sebuah penghormatan dan mengenang peran dan jasa besar A. Aziz sebagai tokoh Pers beserta keluarganya.
“Peletakan batu pertama pembangunan Masjid A, Aziz dilakukan oleh ibu Toeti Aziz, ya waktu itu beliau hadir di Kampus, dan datang kedua ketika peresmian Masjid A. Aziz oleh Pak Muhammad Noer, mantan Gubernur Jawa Timur,” pungkas cerita Adjidarma.
Muncul nama Drs. Zainal Arifin Emka, M.Si., kala itu sebagai Redaktur Senior Surabaya Post, yang dipercaya sebagai Ketua pertama Takmir Masjid A. Aziz.
Zainal Arifin Emka membenarkan semua penuturan cerita Adjidarma, tentang pembangunan Masjid A. Aziz Stikosa AWS.
“Pembangunan masjid saat itu berlangsung cepat dan semua dana pembangunannya dibiayai oleh bu Toeti Aziz yang saat itu bilang, sudah nggak usah cari sumbangan kemana-mana, bikin malu saja, semua dibiayai Surabaya Post,” ungkap Zainal Arifin menirukan ucapan Toeti Aziz.
“Waktu itu Ketua Panitia pembangunan masjid yaitu pak Adjidarma dan alm. Pak Mas’ud Sukemi yang datang di Surabaya Post nemui bu Toeti Aziz, untuk mengajukan biaya pembangunannya,” imbuhnya.
Kata Zainal Arifin, pada peletakan batu pertama pembangunan Masjid A. Aziz, juga mengundang penceramah ust. Taufiq yang rutin mengisi kajian di Masjid Al Falah Surabaya.
Seiring dengan berjalannya waktu setelah runtuhnya perusahaan Surabaya Post, Masjid A. Aziz mengalami beberapa kali renovasi diantaranya datang dari SMK Prapanca 2, sekolah milik YPWJT, yang mengalami pengembangan pendidikan cukup pesat.
“Setelah cukup lama berjalan, dan SMK Prapanca mengalami kemajuan yang sangat pesat, lalu pak Suwandi Kepala SMK Prapanca memberikan dana sumbangan renovasi masjid A. Aziz yang bangunannya sampai sekarang digunakan salat dan kegiatan ibadah lainnya,” pungkas Zainal Arifin praktisi senior jurnalis yang juga dosen Stikosa AWS. **