Seminar Literasi Digital sebagai Rangkaian Kegiatan LKMM-TD 2024
Surabaya – Seminar literasi digital yang digelar secara hibrid di ruang multimedia kampus Stikosa AWS pada Jumat 6/9/2024 lalu meninggalkan catatan yang menarik. Selain merupakan rangkaian dari kegiatan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) bagi mahasiswa baru Stikosa AWS angkatan tahun 2024, seminar ini merupakan salah satu langkah nyata jalinan kerjasama yang erat antara Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (RTIK) Jawa Timur dengan Stikosa AWS.
Mengusung tema Eksplorasi Diri Mahasiswa Menyongsong Era Distrupsi Teknologi Digital, seminar ini menghadirkan tiga narasumber dengan formasi tema yang saling melengkapi. Ketua Stikosa AWS, Dr Jokhanan Kristiyono, mengangkat tema Etika Digital. Ketua RTIK Indonesia, Fajar Eri Dianto, mengangkat tentang Kecakapan Digital. Sedangkan Ketua RTIK Jatim yang baru terpilih, Muhajir Sulthonul Azis, M.I.Kom fokus mengangkat tentang keamanan digital. Seminar dipandu oleh Suprihatin, M.Med.Kom, dosen Stikosa AWS. Sepanjang pelaksanaan, seminar berlangsung sangat menarik karena banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan.
Dalam sambutan pembukaan, Wakil Ketua 1 Stikosa AWS Ratna Puspita Sari, M.Med.Kom menyampaikan data jumlah pengguna internet di Indonesia yang terus bertambah. Pada tahun 2023 jumlah pengguna internet mencapai 212,9 juta atau setara 77 % dari populasi penduduk Indonesia. Naik 3,85 % dibanding 2022 yang tercatat sebanyak 205 juta jiwa. Namun dari survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, terungkap bahwa subindeks keahlian memiliki skor paling rendah.
“Masih banyak para netizen yang belum bisa memanfaatkan internet secara bijaksana, khususnya kesadaran tentang etika digital. Masih banyak kasus pelecehan, kasus kriminal yang sebetulnya bisa diminimalisir” ujarnya.
Dalam paparannya, Jokhanan menegaskan data dari Microsoft Digital Civility Index, bahwa pada tahun 2022 ketidaksopanan netizen Indonesia menempati peringkat 1 dunia. Dan tahun 2023 masih di peringkat teratas dengan skor ketidaksopanan tinggi. Fenomena ketidaksopanan meliputi ujaran kebencian, hoaks dan perundungan siber.
“Otomatis hal ini berdampak pada citra bangsa dan lingkungan digital’ tegas penulis buku Komunikasi Grafis (2020) dan Konvergensi Media : Transformasi Media Komunikasi di Era Digital pada masyarakat Berjejaring (2022) tersebut.
Jokhanan menekankan pentingnya etika digital bagi mahasiswa yang akan sangat berpengaruh dalam kehidupan pribadi dan profesional. Ia menjabarkan prinsip-prinsip etika digital yang harus dilakukan oleh mahasiswa dan netizen pada umumnya. Antara lain, menghormati privasi orang lain, tidak menyebarkan hoaks dan informasi palsu serta berkomunikasi dengan sopan dan tidak melakukan perundungan.
Fajar Eri Dianto memberikan materi eksplorasi diri mahasiswa menyongsong teknologi digital. Menurut Fajar, mahasiswa perlu meningkatkan kemampuan literasi digital yang mencakup kecakapan digital, keamanan digital, etika difital dan budaya digital. Penguasaan literasi digital adalah kunci perdana yang wajib dikuasai.
“Dengan mengeksplorasi potensi diri dan keterampilan yang relevan di era digital, mahasiswa akan lebih siap untuk menghadapi tantangan serta memanfaatkan peluang yang ada dalam dunia kerja dan kehidupan di masa depan” ujar Ketua RTIK Indonesia tersebut.
Sedangkan Muhajir lebih fokus pada pembahasan materi keamanan digital. Dengan tangkas ia menjelaskan dan menjawab pertanyaan peserta tentang bentuk-bentuk penipuan melalui internet. Antara lain penipuan phising dan hacker. Ia memerinci bentuk-bentuk penipuan online yang sering terjadi dan bagaimana cara menghindarinya. Antara lain : pinjaman online ilegal, pengiriman tautan yang berisi malware/virus, investasi ilegal, situs web atau aplikasi palsu, dan sebagainya.
“Kita tidak tahu siapa yang sedang dibelakang layar mengintai dan memata-matai kita di sosial media. Segala macam yang kita sebar didunia maya itu bisa menjadi data penting bagi mereka yang ingin berbuat jahat. Oleh karena itu sangat penting melindungi data diri kita agar terhindar dari tindak kejahatan cyber” ujar Ketua RTIK Jawa Timur ini. * (Sas)